Wednesday, March 21, 2012

Dan Aku Tak Meragukan Cinta

Cinta.. Adakah dari kalian yang dapat mendefinisikan cinta secara pasti? Kurasa semakin keras kita mendefiniskannya, semakin terbatas ruang lingkup cinta yang kita rasakan. Cinta adalah sebentuk emosi manusiawi yang merupakan anugerah dari Sang Maha Pencinta. Banyak para tokoh mencoba mendefinisikan cinta dengan beragam kalimat mereka sendiri. Dari sekian banyak definisi cinta yang bermunculan itu, ada sebuah kesamaan yang patut kita garis bawahi, cinta yang sesungguhnya membawa kita kepada hal-hal yang baik, yang mendekatkan kita dengan Sang Pemilik Cinta.
Cinta adalah bagian dalam kehidupan yang akan senantiasa hadir. Pernahkah kau dengar bahwa hujan adalah bukti cinta Allah kepada manusia? Saat hujan, Allah turunkan rahmatNya kepada kita. Hujan adalah salah satu bukti cinta. Apakah Allah biarkan bumi ini tandus dan gersang? Jawabannya tentu tidak. Allah turunkan hujan sebagai bukti cintaNya pada kita agar bumi ini sejuk dan pepohonan tumbuh subur. Tentu saja, itu karena cinta.
Cinta itu bermacam-macam, ada cinta kepada Allah, cinta pada manusia, cinta pada agama, cinta pada tanah air, cinta pada sebuah pekerjaan, dan masih banyak lagi. Ya, sangat banyak dan entah disadari atau tidak kita telah memutuskan menjadi seorang pecinta dalam kehidupan ini. Karena mencintai setiap hal adalah keputusan yang kita buat. Mencintai berarti siap memberikan cinta sepenuh hati, bukan sekadar mengharapkan cinta dari sesuatu yang kita cintai. Pertanyaannya, sudahkah kita benar-benar mencintai? Atau hanya baru mengucapkannya saja? Jika kau katakan kau mencintai Allah, sudahkah kau cintai segala hal yang Dia cintai? Sudahkah kau melakukan segala sesuatunya hanya karena Allah? Jika kau cinta pada orang tuamu, sudahkah kau taat kepada mereka? Atau masih juga membangkang dan membuat mereka menangis? Jika kau mencintai pekerjaanmu, sudahkah kau melakukan pekerjaan itu dengan penuh cinta? Atau kau hanya mengejar tahta dan harta semata?
Saat kita mencintai sesuatu, ada satu hal yang akan terasa dalam diri kita. Kebahagiaan. Cinta adalah sesuatu yang dapat membawa manusia menuju kebahagiaan. Sebagai contoh, jika seorang guru mencintai pekerjaannya demi memajukan anak bangsa, tentu ia akan bahagia dan sepenuh hati menyampaikan pelajaran kepada murid-muridnya. Dan tentunya murid-muridnya pun akan merasakan betapa guru itu mencintainya dengan ilmu yang diberikan kepada mereka. Tidak hanya sekadar mengejar materi ataupun jabatan.
Menumbuhkan cinta adalah perkara yang lebih mudah, dibandingkan pekerjaan cinta selanjutnya yaitu merawat dan mempertahankannya. Perjalanan bersama cinta akan beriringan dengan berbagai duri di dalamnya, yang terkadang membuat kita lupa akan cinta yang awal kita bangun, bahkan terkadang membuat terkikisnya cinta itu. Maka ternyata mencintai pun adalah sebuah tantangan dan tanggung jawab. Mencintai adalah tantangan untuk kita berkorban demi sesuatu yang kita cintai. Mencintai adalah tanggung jawab untuk mempertahankan kebahagiaan dalam cinta itu sendiri.
Lalu, bagaimana dengan cinta sejati? Cinta sejati bagi orang yang beriman adalah cinta kepada Rabb-nya. Cinta terbesar dan cinta yang paling hakiki. Sementara cinta yang lain, adalah dalam rangka mencintai karena Allah. Cinta sejati hanya pantas kita tujukan pada Allah, Sang Pemilik Cinta. Tak ada satupun alasan, yang dapat menggantikan posisi Allah dalam cinta sejati yang kita punya.
Sebagai seorang pecinta, tentu kita menginginkan cinta yang sama dari orang yang kita cintai. Kini pertanyaannya, layakkah kita dicintai? Jika cinta yang kita berikan bukan cinta yang tulus, maka pantaskah kita mendapatkan cinta yang lebih baik dari cinta yang kita berikan? Sebarkanlah cinta kepada semua orang dengan sepenuh hatimu, karena saat kita menebarkan cinta ke semua orang itulah, kita tengah mengundang cinta untuk datang.
Meskipun panjang lebar aku jelaskan, masing-masing dari kita tentu memiliki makna tersendiri atas cinta. Tidak selalu sama, tapi kadang juga tidak berbeda. Walau begitu, ternyata obrolan tentang cinta belum dan tak akan pernah selesai. Aku merasa cinta ternyata memang harus kuukir dalam kata, bukan untuk kuuraikan, tapi untuk kubuat cinta sebegitu meyakinkannya. Dengan rasa yang kuendapkan dalam bait-bait kata. Meski aku tau cinta yang nyata senyata-nyatanya hanya bisa kurasakan, bukan kuungkapkan. Cinta memang tak terlihat dan tak terdefinisikan, tetapi tak ada yang membuatku ragu akan keberadaan cinta. Karena cinta yang kumiliki, kusandarkan hanya kepadaNya.

Salsabila Althafunnisa

Monday, March 12, 2012

Pernikahan : Upaya Mengeja Cinta, Tak Sekedar Kata


Cinta, sebuah kalimat yang merupakan perpaduan antara makna yang mulia dan tanggung jawab yang besar. Cinta memiliki ribuan makna yang bahkan tak dapat diwakili oleh kata-kata saja. Cinta sebagaimana tergambarkan oleh orang-orang yang merasakannya, ia hanya dapat dipahami oleh orang yang mengalaminya.
Cinta sebenarnya merupakan perpaduan semangat ruh dan mental, sebelum pada akhirnya terjadi perpaduan fisik. Cinta bukan sekadar nafsu yang diaktualisasikan dalam hal-hal yang berhubungan dengan fisik. Namun, rindu yang terpaut antara jiwa dengan jiwa, bukan jasad dengan jasad. Mustahil dikatakan jika cinta adalah kunci kebahagiaan, jika dalam hati orang yang saling mencintai tidak ada perasaan yang tenang, ridha, dan tegar. Perasaan-perasaan tersebut tidak akan terwujud kecuali jika kedua sejoli yang saling mencintai itu tidak meyakini bahwa cintanya akan berakhir dengan memperoleh berkah Allah swt, direstui keluarga maupun masyarakat.
Cinta memang harus kita ungkapkan, tetapi ternyata ungkapan tak cukup membuktikan cinta. Cinta butuh pengorbanan, itu benar. Pengorbanan apa yang sebenarnya diinginkan cinta? Pengorbanan apa yang harus dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai? Bukan sekedar membagi perhatiannya, memberikan kasih sayang, dan mengucap kata cinta itu setiap harinya. Tetapi ada pengorbanan yang jauh lebih utama dari mencintai. Pengorbanan untuk berani mengambil tanggung jawab atas orang yang dicintai. Menikahinya dan bertanggung jawab akan dirinya. Karena ternyata pernikahan adalah cara paling cerdas untuk mengupayakan pengorbanan dan mengeja cinta lebih dalam.
Menikah memang bukan sebuah hal yang mudah seperti yang ada dalam teori yang banyak membahasnya, tetapi juga tidak terlalu sulit menurut beberapa orang yang sudah merasakannya. Ketika perhatian orang tua terasa tidak lagi mencukupi, derai tawa sahabat tak lagi cukup menyegarkan jiwa, mungkin saat itulah Allah tengah mengetuk hati kita untuk melaksanakan sunnah rasulNya (menikah).
Masa menuju pernikahan merupakan masa impian yang selalu teringinkan oleh setiap insan. Masa-masa yang mengemas mimpi-mimpi indah dalam kehidupan. Masa yang di dalamnya bunga-bunga di taman hati mulai bermekaran, mulai bersemi perlahan. Ya, itulah masa dimana khitbah disampaikan, demi menyongsong ikatan istimewa dalam perjanjian besar, mistaqan ghaliza. Pernikahan adalah cara yang tepat dalam mencintai lawan jenis. Karena dengan pernikahan kita bisa curahkan segala kasih dan sayang dengan jelas. Karena dengan pernikahan kita dapat saling menjaga dalam kebaikan. Karena pernikahan membukakan ridhoNya dalam kehidupan. Karena pernikahan adalah upaya mengeja cinta, tak sekedar kata “Aku Mencintaimu”, tapi juga kebersamaan yang menghasilkan kata “Seperti inilah Cintaku yang Nyata terhadapmu”.