Thursday, January 26, 2012

Semangat dari Masalah

dakwatuna.com - Sedari lahir kita adalah pemenang dari sekian banyak sel telur yang berhasil dibuahi sperma. Dan sejatinya kita adalah pemenang. Pemenang yang di pilih Allah untuk menyampaikan risalahNya dengan berbagai kemampuan yang Allah titipkan dan dalam kesempatan apapun.
Mengapa selanjutnya kita sering merasa kalah dan menjadi pecundang? Banyak orang menunggu di berikan semangat oleh kita. Jangan pernah berpikir, “itu kan urusan Anda, bukan urusan saya jadi mengapa saya harus peduli?” Seorang teman pernah berkata, bahwa dengan kita bisa memotivasi orang lain, maka secara otomatis kita akan termotivasi.
Kita menjadi pemenang manakala kita mampu membuat diri kita bahagia dan membahagiakan orang lain, dengan kapasitas yang kita miliki tentunya. Salah satunya adalah dengan menyuntikkan semangat pada siapa saja yang membutuhkan. Tak perlu menunggu menjadi sukses untuk bisa memberikan kekuatan pada seseorang yang sedang lemah. Lebih baik berbagi dengan yang sedikit daripada tidak sama sekali. Karena sukses sendiri adalah ketika mampu berbagi semangat bahkan di kala kita lemah dan bangkit bersama menatap dunia. Tanpa sadar, hati dan bibir kita akan menyunggingkan senyum manakala ada secercah semangat yang kita hadirkan untuk orang lain. Siapa pun itu, baik yang kita kenal maupun tidak.
Karena pada dasarnya tiap manusia itu terlahir dengan membawa masalah. Masalah yang Allah berikan bukan tanpa makna. Karena dari masalah kita akan menemukan banyak pelajaran dan hikmah, bagi kaum yang berpikir. Termasuk diri kita. Masalah yang selalu hadir satu paket dengan penyelesaiannya. Masalah yang terkadang membawa kita pada keterpurukan, yang ketika kita bangkit akan membuka mata hati kita untuk melihat dunia dengan cara pandang yang berbeda. Semua itu tak lepas dari campur tangan Allah Ta’ala dan kedekatan kita padaNya. Karena sesungguhnya Allah tak pernah menyengsarakan hambaNya. Namun tak semua orang mampu membuka sendiri mata hatinya saat melihat masalah datang. Banyak yang terlena dan justru menjauh dariNya, menyalahi takdir. Masalah boleh datang memenuhi pikiran, tapi jangan sampai mengacaukan hati untuk selalu mengingatNya. Terus berusaha positive thinking. Bukalah setitik pencerahan yang Allah titipkan melalui perantara apapun dan siapa pun. Karena itu adalah cara Allah untuk membuka mata hati kita untuk mengingatkan bahwa Allah selalu ada untuk kita. Tak pernah sedikit pun Ia meninggalkan kita.
Manakala kita terpuruk, mungkin kita telah meninggalkan secercah semangat yang berusaha berlari mengejar kita yang mendahuluinya dengan menggenggam kesedihan. Kesedihan adalah lumrah. Karena dengan begitu kita akan menghargai  hadirnya kebahagiaan. Tapi jangan pernah memanjakannya. Jadi ketika masalah datang, tempatkan kesedihan di tangan kiri dan taruh semangat di tangan kanan. Supaya ketika ada orang yang membutuhkannya, kita dapat langsung memberikannya.  Abaikan kesedihan dan lemparkan semangat ke seluruh dunia. Berikan senyum terindah dari hati. Biar kesedihan menjadi konsumsi kita dan serahkan kepada Allah. Biar Allah saja yang membantu kita. Cukup Allah.
Allahua’lam.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/17553/semangat-dari-masalah/#ixzz1kccAHGST

untukmu yang karena Allah aku merindukanmu

Bismillaah.
Duhai ikhwan yang kelak kau ada di sisiku setiap saat..
Ketika menuliskan ini sungguh aku bercucuran air mata dari telaga di sudut-sudut mataku, karena baru kali ini aku menulis dengan membawa segenap hatiku ke dalamnya,
karena baru kali ini aku menulis dengan penuh cinta dan kasih yang amat terasa,
karena baru kali ini aku beranikan diri untuk mengungkapkan segalanya kepadamu,
karena baru kali ini aku sengaja membuat tulisan yang aku ingin kau membacanya,
karena baru kali ini butiran cintaku tak kuasa terbendung ketika aku ingat perjalanan kita,
dan karena baru kali ini aku menulis untuk seorang ikhwan..

Duhai ikhwan yang karena Allah aku mencintaimu,
Aku adalah akhwat yang kelak kau bimbing dalam langkah-langkah menujuNya..
Aku adalah akhwat yang kelak menjadikanmu teladan dalam keseharian..
Aku adalah akhwat yang kelak ada dalam suka dan dukamu..

Duhai ikhwan yang karena Allah aku merindukanmu,
Darimu aku belajar tentang kesabaran, saat dalam penantian akan dirimu..
Darimu aku belajar tentang keikhlasan, saat aku menerima segala yang ada dalam dirimu tanpa aku rencanakan sebelumnya..
Darimu aku belajar tentang kedewasaan yang sesungguhnya, saat kita menapaki titian pernikahan ini..
Darimu aku belajar tentang pantang menyerah, saat kita melalui hari-hari penuh cobaan akan penantian yang sungguh terasa panjang ini..

Ya mujahidku, penantian ini, bagiku adalah penantian yang begitu panjang dan penuh liku..
Di dalamnya terdapat onak dan duri yang senantiasa menghiasi perjalanan kita, sehingga aku harus menjadikan hatiku seperti telaga yang airnya tak pernah habis, agar kesabaranku pun tak ada habisnya..
Di dalamnya terdapat senyum dan tawa yang melengkapi keindahan penantian ini, sehingga aku harus ekstra dalam menambah cintaku padaNya agar aku senantiasa melantunkan syukur dalam doa-doa yang kupanjatkan..
Di dalamnya terdapat sakit dan tangis yang menambah matang kedewasaan kita, sehingga aku harus meninggikan keikhlasan yang kupunya dan memusnahkan egoku agar kita tak sama-sama menjadi api dalam waktu bersamaan..

Duhai ikhwan yang tatapannya kelak meneduhkan hati,
Ada kalanya aku lelah, tapi aku tau lelah yang kurasa tak selelah perjuanganmu..
Ada kalanya aku ingin marah, tapi aku sadar bahwa marahku hanyalah keinginan seorang anak-anak yang ingin kau perhatikan dan untuk itu aku harus memperhatikanmu lebih dulu..
Ada kalanya aku ingin kau pahami, tapi aku tau kau selalu berusaha memahami diriku bahkan lebih baik dari yang kupinta padamu..
Ada kalanya aku ingin menangis, tapi terkadang aku menyembunyikannya karena aku tak ingin kau dipusingkan dengan tangisanku..
Ada kalanya aku akan membuatmu merasa sedih, sungguh bukan karena aku ingin menyakitimu tapi aku ingin kau mengetahui segala hal tentang diriku tak hanya soal bahagiaku tapi juga sedihku..
Ada kalanya aku kau anggap begitu tak peduli, bukan sama sekali,  aku sungguh peduli tapi aku mungkin tak tau cara seperti apa yang dapat kugunakan untuk mengungkapkan kepedulianku itu, maka kumohon ajari aku akan hal itu..
Ada kalanya aku menangis dan tak mengakuinya padamu, ketahuilah aku menangis bukan karena aku lemah, tapi aku manusia yang berperasa, dan dengan menangis aku merasa  lebih tenang dan nyaman, maka genggam tanganku dan izinkan aku menangis di pelukanmu karena itu membuatku jauh lebih tenang ..
Ada kalanya aku kau anggap begitu kekanak-kanakan, bukan sama sekali, aku tak ingin menjadi anak-anak seperti yang kau katakan, tapi aku sedang mencoba masuk ke dalam dirimu dengan cara yang kupunya karena aku tau kau begitu menyukai anak kecil..
Bahkan ada kalanya aku yang membuatmu begitu marah, tapi kumohon saat itu nasehati aku dengan penuh hikmah, bukan dengan terpaan tanda seru yang menghujam, karena sungguh aku pun memiliki sifat wanita yang lemah pada kelembutan..

Duhai ikhwan yang kelak senantiasa memancarkan mahabbah yang cerah,
Ketika kau tengah bercerita dengan penuh gelora, mungkin aku akan diam saja mendengarkan, bukan tak mau menanggapi ceritamu atau menganggap ceritamu tak menarik, tapi karena aku seorang yang dilatih keahliannya dalam mendengarkan dan saat itu aku ingin membiarkanmu meluapkan keceriaanmu yang memang begitu kurindukan..
Ketika aku hanya ingin menceritakan hal-hal yang ringan, bukan karena aku tak mau berdiskusi denganmu, tapi karena aku seorang yang dilatih kecerdasannya dalam memahami apa makna dari sikap dan air muka seseorang dan saat itu aku melihatmu tengah penat..
Ketika aku tersenyum menatapmu dengan tatapan sedikit sayu dan bersandar di bahumu, bukan karena aku memintamu memanjakanku, tapi karena aku ingin sekadar menekankan bahwa kini kau juga punya aku di sisimu..
Ketika aku bertingkah layaknya anak kecil, bukan karena aku ingin kau perhatikan, tapi aku ingin membiarkanmu sedikit terlena  dalam kemanjaan dan keceriaanku yang tak mungkin kau dapatkan di medan perjuangan dan sekadar untuk melepaskan beban pikiranmu..
Ketika aku tak berterus terang akan sakit yang tiba-tiba muncul di tengah pekatnya malam, bukan karena aku tak mau jujur padamu, tapi karena aku ingin kau tetap terlelap dalam tidurmu yang nyenyak agar kau tidur cukup dan tidak lelah ketika menjalankan qiyamul lail..

Duhai ikhwan yang karena Allah aku ingin menjadi pendampingmu kelak,Sungguh ikhwanku, ada banyak hal yang kulakukan yang mungkin kau tak memahaminya karena aku melakukannya dengan caraku sendiri, bukan dengan caramu, maka kuminta kau sabar karena saat itu sebenarnya aku tengah mempelajari dirimu agar dapat melakukan hal-hal tersebut dengan cara yang kau inginkan..




Salsabila Althafunnisa
27 Januari 2012 - 04.22

Monday, January 23, 2012

komitmen..

Kalau mendengar kata komitmen, rasanya adalah hal yang begitu sering diperbincangkan dalam suatu organisasi. Dalam tahapan open recruitment saja, sudah banyak pertanyaan mengenai sejauh mana komitmen kita jika masuk dalam organisasi tersebut. Ya, menurut saya komitmen memang harus ada dalam berorganisasi. Untuk menjalankan ibadah saja kita perlu komitmen yang kuat, begitu pula dengan organisasi.
Ada dua pendekatan dalam merumuskan definisi komitmen dalam berorganisasi. Yang pertama melibatkan usaha untuk mengilustrasikan bahwa komitmen dapat muncul dalam berbagai bentuk, maksudnya arti dari komitmen menjelaskan perbedaan hubungan antara anggota organisasi dan entitas lainnya (salah satunya organisasi itu sendiri). Yang kedua melibatkan usaha untuk memisahkan diantara berbagai entitas di mana individu berkembang menjadi memiliki komitmen. Kedua pendekatan ini tidak compatible namun dapat menjelaskan definisi dari komitmen, bagaimana proses perkembangannya dan bagaimana implikasinya terhadap individu dan organisasi (Meyer & Allen, 1997).
Alasan klasik yang paling sering muncul ketika seseorang berkurang komitmennya adalah karena tak ingin kuliah terbengkalai. Adalah hal biasa jika mahasiswa bolos kuliah, bahkan cuti kuliah atau mengundurkan diri sekaligus dengan alasan berkorban demi kemajuan organisasi yang diikuti sekarang. Saya pernah sedikit membaca mengenai sense belongness yang tercakup dalam buku Psikologi Sosial karya Gerungan. Sense belongness atau rasa keikutsertaan dan rasa bertanggungjawab organisasi memang penting ada. Dan bahkan harus ada agar eksistensi dari suatu organisasi tersebut bisa terus berlangsung. Namun sense belongness ini juga yang digunakan sebagai alasan untuk meninggalkan tujuan utama yaitu kuliah. Kalau kuliah terbengkalai, rasanya tak adil kalau menyalahkan organisasi atau justru meninggalkan organisasi. Karena dalam organisasi-lah kita bisa menempa diri dan meningkatkan kapasitas diri, contohnya dalam hal time management. Semakin kita aktif, kita juga terlatih untuk semakin menghargai waktu yang kita punya, perkara waktu kegiatan di organisasi yang bentrok dengan kuliah, toh bisa tetap dilaksanakan kedua-duanya kalau kita mau. Organisator yang tangguh adalah orang yang pandai mengatur space-space kehidupannya. Jika hal ini yang terjadi maka terwujudlah suatu keseimbangan.
Dalam Psikologi Industri dan Organisasi, ada teori behavioral commitment dimana anggota dipandang dapat menjadi berkomitmen kepada tingkah laku tertentu, daripada pada suatu entitas saja. Sikap atau tingkah laku yang berkembang adalah konsekuensi komitmen terhadap suatu tingkah laku. Contohnya anggota organisasi yang berkomitmen terhadap organisasinya, mungkin saja mengembangkan pola pandang yang lebih positif terhadap organisasinya, konsisten dengan tingkah lakunya untuk menghindari disonansi kognitif atau untuk mengembangkan self-perception yang positif.

Saturday, January 21, 2012

sharing is giving without losing anything

Teringat perkataan seseorang beberapa waktu yang lalu, saat saya membutuhkan seorang pendengar, saat masalah membuat saya penat dan tak tahu harus berbagi pada siapa, dia mau menjadi pendengar saya tanpa syarat. Awalnya ada keraguan untuk bercerita, karena saya termasuk orang yang tak begitu saja percaya pada orang lain, tapi untuk yang satu ini, keraguan itu tampaknya tak begitu terlihat, dan tak butuh waktu lama untuk kemudian memutuskan menceritakan masalah saya padanya.

Sedikit saja, itu di awal. Sebenarnya yang ingin saya bahas kali ini adalah tentang sharing atau yang biasa kita sebut dengan curhat (curahan hati). Kita beranjak ke pengertian curhat itu sendiri, curhat adalah pengungkapan mengenai hal – hal yang biasanya bersifat personal kepada orang lain. Tapi, curhat berbeda dengan pengaduan. Pengaduan lebih sering dipakai untuk hal - hal yang bersifat sosial. Curhat juga berbeda dengan konseling. Konseling lebih bersifat personal – formal, jadi kalau konseling, kita mengungkapkan hal – hal personal kita tetapi ada profesional, bahkan, terkadang konseling juga kadang harus bayar . Jelas berbeda, karena curhat itu lebih sering gratis (bayarnya pulsa telepon atau sms saja kalau menggunakan telepon atau hp). Hal yang paling mendasar dari konseling adalah bimbingannya. 

Seiring dengan kemajuan teknologi, praktek curhat juga semakin maju caranya. Bayangkan saja, saat ini ada stasiun radio yang khusus menangani orang yang ingin curhat, ada provider telepon seluler yang membuka nomor khusus untuk curhat, ada mailing list khusus yang memang didesain untuk keperluan curhat. Bahkan, tak sedikit website yang berubah fungsinya menjadi semacam tempat untuk curhat - curhatan antar membernya.

Kenapa banyak orang yang menempuh cara curhat ? Adakah manfaat yang bisa dipetik dari cara demikian ? Memang ada pendapat yang berbeda - beda soal hal ini. Dari sebagian orang yang saya tanya, ada yang menganggap curhat itu kurang kerjaan. Masalah itu tidak selesai dengan curhat. Curhat itu adalah lambang kecengengan. Tapi, tidak sedikit yang menganggap curhat sebagai salah satu kebutuhan. Curhat bisa menormalkan emosi kita, bisa menyumbangkan pikiran, dan bisa melegakan batin. Meski masalah tidak selesai dengan curhat, tetapi biasanya sehabis curhat kita merasa plong atau lebih ringan.

Kalau dilihat dari teorinya, memang ada banyak penjelasan yang bisa dipahami bahwa curhat itu termasuk kebutuhan sosial manusia. Di antara kebutuhan sosial itu misalnya : ingin ditemani, ingin ada orang yang merasa senasib, ingin dipedulikan, ingin dihargai, ingin dianggap, ingin didengarkan, dan seterusnya. Kata sebuah bait puisi yang pernah saya baca, sumbangsih yang paling berharga untuk sesama kita adalah kesediaan untuk saling mendengarkan. 

Menurut Horney ( 1945 ), setiap orang itu pada dasarnya memiliki tiga kebutuhan dasar. Kebutuhan pertama adalah kebutuhan untuk mendekati orang lain / orang banyak, gunanya agar mendapatkan cinta / pengakuan. Curhat bisa masuk dalam kebutuhan ini. Kebutuhan kedua adalah kebutuhan untuk menjauhi orang banyak, gunanya agar memperoleh kebebasan dan kemandirian. Sedangkan, kebutuhan ketiga adalah kebutuhan untuk menentang orang banyak, guna mendapatkan kekuasaan atau kekuatan.

Terlepas dari pernyataan berguna atau tidak, tapi prakteknya ini kerap kita lakukan atau sulit dihindari untuk tidak melakukannya. Karena itu, mungkin di sini yang diperlukan adalah melihat kapan dan bagaimana curhat itu kita lakukan. Curhat-lah hanya pada orang yang menurut kamu itu layak. Layak di sini pengertiannya mungkin layak dalam menjaga rahasia pribadi, layak dalam menangani masalah, layak secara kedekatan hubungan, dan seterusnya. Jangan pula curhat kepada semua orang atau sembarang orang. Lain lagi kalau niat kita memang hanya untuk iseng. Selain itu, curhatlah hanya ketika kita mendapati masalah - masalah yang memang perlu curhat. Misalnya saja, kita menghadapi masalah yang masih belum terbayang bagaimana menanganinya. Saat itu kita butuh pembanding, butuh konfirmasi ( penguat ) dari orang lain, butuh informasi, dan sebagainya. Jangan curhat untuk semua masalah. Ini berpotensi menghilangkan power personal atau bisa dianggap kita ini cengeng atau selalu mengeluh. Bedanya terkadang sangat tipis dan tidak ketahuan. 

Curhat juga harus pada waktu yang tepat atau yang kira-kira tidak mengganggu orang yang kita curhati. Jangan sedikit - sedikit curhat atau curhat terlalu lama. Perlu kita ingat bahwa ketika kita sedang sangat butuh untuk curhat, umumnya kondisi emosi kita tidak stabil. Mungkin stress, depresi, atau mungkin sedang merasa terhimpit. Dalam kondisi semacam itu, biasanya kita cenderung "agak memaksa" orang lain. Kita ingin secepatnya dipahami oleh orang lain lebih dulu. Padahal kita juga perlu memahami orang lain. Karena itu, yang dibutuhkan di sini adalah pengendalian diri. Jangan sampai kita mengesampingkan kebutuhan untuk memahami orang lain meski keinginan kita adalah untuk dipahami secepatnya.

Curhat – lah untuk berbagi pengalaman, pengetahuan dan perasaan. Meski kita yang punya acara untuk curhat itu, tapi jangan lupa juga untuk memberikan kesempatan bicara kepada orang yang kita curhati. Ajukan pertanyaan seputar pengalaman dan pengetahuannya tentang persoalan tertentu. Jangan sampai kita curhat hanya untuk curhat. Walaupun ini sah juga tapi alangkah baiknya kalau kita juga mendapatkan manfaat yang banyak. Selain itu, dapatkan juga dukungan. Agar ini tercapai, kita harus tahu orang yang tepat untuk dicurhati.

Curhatlah untuk tujuan yang positif dan konstruktif. Ini demi kebaikan kita atau demi untuk memperbaiki situasi. Kenapa perlu dibatasi ? Terkadang kita curhat dengan menjelek - jelekkan orang lain yang intinya malah memperkeruh suasana. Masalah kita dengan orang lain dan apa saja yang dilakukan orang lain atas kita memang butuh penjelasan. Tapi, penjelasan disitu sifatnya untuk membeberkan fakta atau memberikan perspektif yang lebih utuh. Ini agar diketahui apa saja yang sebaiknya kita lakukan. Yang jangan sampai adalah penjelasan itu kita bumbui dengan fitnah, adu domba, kedengkian, manipulasi fakta, dan seterusnya. Ini berbahaya buat kita sendiri dan orang lain tentunya.


Sekilas mengenai curhat telah selesai saya jelaskan tampaknya. Dari sinilah semoga kita semakin memahami apa artinya “sharing is giving without losing anything”, karena curhat memang diperlukan. Curhat juga tidak akan membuat kita kehilangan apapun dalam diri kita, selama kita bisa menempatkan curhat itu tepat waktunya, penyampaiannya, dan orang yang kita curhati.

berhenti membelenggu diri dalam kekecewaan

setiap yg terjadi di dunia ini telah tertulis jauh hari sebelumnya dalam catatanNya..
tapi terkadang itu terlupakan saat diri sibuk melayani keinginan untuk mengeluhkannya,
saat diri sibuk mengurusi kejenuhan dalam menghadapinya,tanpa terpikirkan apa yg dipersoalkan sesungguhnya..
tentang sakit,tentang jenuh,tentang segala yg terkait dengan ketidaksenangan,
apapun itu,itulah yg telah ditetapkan untuk kita..
tapi bukan lantas menyalahkan keadaan, 
karena kita acap kali lupa keadaan seperti itu kita yg memulainya sendiri,
karena pilihan kita sendiri yg akhirnya mengharuskan kita menghadapi keadaan tak menyenangkan seperti itu..
sekarang,kala diri tengah terbangun sadar,mungkin evaluasi akan sedikit membantu..
tentang sakit yg menyerang, tentang kecewa yg menyelimutinya, 
tentang bosan yg semakin melengkapinya,,
harus ada penyikapan yg bijaksana sepertinya.
bukan lagi esok,tapi sekarang..


Allah,,
ampuni kami yg terlalu sibuk mencela nikmat sakit dan kecewa ini,
padahal nikmatmu yg lain tak terhitung,
nafas kami,detak jantung kami,aliran darah kami,kedipan mata kami,pita suara kami,pendengaran kami,,
semua itu seolah tak kami syukuri,
padahal Kau dengan ikhlas memberinya pada kami tanpa kami harus minta sedikitpun..
Allah,,
jangan hukum kami yg telah mendzolimi diri kami sendiri,
sibuk mencari-cari ketidaksenangan padahal nikmatMu masih banyak bertebaran di muka bumi ini..
Ampuni kami,
tetapkan hati kami untuk senantiasa bersyukur atas segala yg kau titipkan pada kami termasuk sakit dan kecewa ini..aamiin..


ingat sahabat.. "semakin lama kau mengeluh,,semakin lama jg kau menunda banyak hal,,semakin banyak pula waktu yang kau habiskan.."
terkadang kekecewaan juga berawal dari kebiasaan 'mengeluh' yang kita lakukan..
Allah ga pernah menciptakan atau memberikan sesuatu tanpa tujuan..
jadi untuk apa kita mengeluh..
diri kita ini milik Allah,jadi Dia berhak atas segala yang terjadi pada kita..
masih mau kecewa?
percayalah sahabat, Allah lebih tau apa yang kita butuhkan
dan Allah punya rencana yang jauh lebih indah dari apa yang kita rencanakan..


be happy.. :)

semakin cinta hujan.. :)

Suatu hari Umar Bin Abdul Aziz, khalifah yang 2 tahun kepemimpinannya bisa mengubah dunia, tertawa melihat orang berlarian menghindari hujan.
Ia berkata, hujan itu baru rahmat Allah, begitupun banyak yang menghindar, apalagi kalau yang datang azab Allah.
Ya hujan memang rahmat, berkah untuk bumi, dan jika Anda membaca artikel kiriman Aidil Heryana di bawah ini, kita akan semakin terpukau menyadari betapa hebatnya Allah merancang rahmat hujan ini.
Semoga jadi renungan agar kita semakin bersyukur.

MENGAGUMKAN!!! Inilah Fakta Unik Tentang Hujan
Aidil Heryana
Hujan, entah sudah berapa kali ia hadir dalam hidup kita. Berjuta, ataupun bermilyar kali mungkin, ia menemani hari-hari kita. Hadirnya menjadi bagian tak terpisahkan dari cerita unik berbagai episode kehidupan. Kadang kala ia mengiringi kebahagiaan perjalanan kita dan terkadang ia menjadi sosok penambah perih di hati.

Kita tentu menyukainya. Terlepas dari berbagai peran yang ia jalani. Karena ia menjadi simbol, bahwa masih ada rahmat bagi dunia ini. Bahwa masih ada kasih sayang dari Rabb yang menguasai semesta alam. Hingga kita pun merasakan, telah banyak yang dilupakan manusia. Akan rasa syukur bahwa masih ada setitik kenikmatan dengan turunnya ia.

Ia hadir begitu sering akhir-akhir ini. Dan semua kita mungkin berpikir ada waktu-waktu favorit untuk menunggunya datang. Bagi saya waktu favorit untuk menunggunya datang adalah di sore hari. Sembari menunggu senja serta melepaskan lelah setelah seharian menjalani aktivitas. Kehadirannya membawa kenikmatan tersendiri.

Sahabatku, dibalik semua keindahan tentang hujan ternyata ada beberapa fakta unik tentang hujan yang mungkin belum kita ketahui. Yuuuk kita jabarkan keunikan tersebut :
1. Rata-rata kecepatan jatuhnya air hujan hanyalah 8-10 km/jam.
2. Air jatuh ke bumi dengan kecepatan yang rendah karena titik hujan memiliki bentuk khusus yang meningkatkan efek gesekan atmosfer dan membantu hujan turun ke bumi dengan kecepat-an yang lebih rendah. Andaikan bentuk titik hujan berbeda, atau andaikan atmosfer tidak memiliki sifat gesekan (bayangkan jika hujan terjadi seperti gelembung air yang besar yang turun dari langit), bumi akan menghadapi kehancuran setiap turun hujan
3. Ketinggian minimum awan hujan adalah 1.200 meter.
4. Efek yang ditimbulkan oleh satu tetes air hujan yang jatuh dari ketinggian tersebut sama dengan benda seberat 1 kg yang jatuh dari ketinggian 15 cm.
5. Awan hujan pun dapat ditemui pada ketinggian 10.000 meter.
6. Dalam satu detik, kira-kira 16 juta ton air menguap dari bumi.
7. Jumlah ini sama dengan jumlah air yang turun ke bumi dalam satu detik. Dalam satu tahun, diperkirakan jumlah ini akan mencapai 505x1012 ton. Air terus berputar dalam daur yang seimbang berdasarkan “takaran”.
8. Butiran air hujan berubah bentuk ratusan kali tiap detik.
9. Kalau butiran air hujan itu dibekukan akan membentuk keping kristal yg indah, tidak seperti air biasa yang di bekukan di freezer/kul_kas
10. Setelah hujan turun, tanah, ilalang, rerumputan akan mengeluarkan bau wangi yg khas, senyawa ini dinamakan 'petrichor'.
11. Dan fakta paling misterius dan mengejutkan ilmuan. Hujan memiliki kemampuan untuk menghipnotis manusia untuk me-resonansi-kan ingatan masa lalu. Dan tanpa bisa mendapatkan bukti ilmiah, para ilmuan hanya bisa menyimpulkan “Di dalam hujan, ada lagu yang hanya bisa didengar oleh mereka yg rindu”. Dan pada titik ini, para ilmuan meyakini bahwa manusia biasanya mendapatkan inspirasi.

"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)

Sepotong Surat dari Ibu

Anakku...
Bagaimana kabarmu, apakah kamu baik-baik saja? Di rumah, ibumu juga sehat. Sekarang ini aku sedang memandangi cermin dan fotomu. Tiba-tiba aku menjadi sadar bahwa aku sudah mulai tua. Kerut merut di wajahku sudah semakin banyak dan aku tidak cekatan lagi seperti dulu. Aku sering iri padamu yang selalu ceria, riang, aktif dan penuh dinamika. Akupun pernah mengalami seperti itu dulu.

Anakku...
Ketika menikah dengan ayahmu, aku tidak pernah membayangkan akan mempunyai anak seperti kamu. Sungguh, aku bangga padamu. Setelah engkau besar kini, aku baru sadar betapa kecilnya aku ini, betapa tidak berartinya aku. Engkau lahir dan tumbuh semata-mata karena mukjizat dan rahmat Tuhan belaka.

Tak kuingkari memang akulah yang mengandungmu selama sembilan bulan. Saat itu aku selalu gelisah menanti kelahiranmu. Aku selalu menjaga diriku agar bayi di perutku, yaitu kamu, sehat. Dengan susah payah dan sakit kulahirkan engkau. Aku termasuk beruntung karena tidak harus meninggal untuk melahirkanmu. Aku sampai menitikkan air mata bahagia saat mendengar tangis pertamamu yang lucu.

Engkau ini darah dan dagingku sendiri; engkau tumbuh dari bagian tubuhku namun engkau lahir keluar sebagai manusia yang baru sama sekali. Dalam beberapa hal kamu memang mirip aku tetapi selebihnya engkau sungguh baru.

Sejak kecil kurawat engkau dengan sangat hati-hati dan penuh kasih; engkau lebih kuperhatikan dari pada apapun yang pernah kumiliki. Kusuapi dan kususui engkau dengan air yang mengalir dari dadaku sendiri. Bila engkau menangis kugendong dan kuhibur. Kuberi engkau pakaian dan sepatu dan topi yang cocok untukmu. Tak lupa kubelikan juga mainan yang kau gemari; mobil-mobilan atau boneka-boneka yang lucu. Engkau masih ingat masa kecilmu, kan?

Setiap pagi dan sore kumandikan engkau. Bila kau ngompol atau e’ek di celana atau di popok, dengan sabar kubersihkan dan kuganti dengan yang baru.

Paling sedihlah aku, bila kamu sakit. Memang engkau waktu itu hanya makhluk kecil yang tidak berdaya, yang bisa saja kubuang ke kotak sampah atau ke selokan kalau aku mau. Tapi aku cinta padamu, engkau bagian dari hidupku sendiri. Maka kurawat engkau sungguh-sungguh, kubawa engkau ke dokter, kuusahakan agar kau mendapat vaksinasi dan makanan bergizi.

Anakku...
Pada waktu masih kecil dulu, kamu sering rewel, ngambeg bila tidak diberi uang jajan, atau sulit bila disuruh mandi. Kau ingat betapa manjanya kamu. Setiap kali kau lari ke pangkuanku bila engkau bertengkar dengan kakakmu, bila dimarahi ayah, atau bila dinakali teman-temanmu. Aku menjadi saksi untuk masa kecilmu yang manja, sehingga aku tak sempat lagi mengurus diri atau pergi sesuka hati.


Kini engkau sudah dewasa...
Aku bangga padamu, engkau harapanku. Namun aku sering sedih melihat kelakuanmu; kala engkau bermalas-malasan untuk bangun, kala bermain seharian tak tahu waktu. Hampir-hampir aku menangis bila kuingat betapa sulitnya menyuruhmu belajar, mengerjakan PR, atau mengingatkanmu untuk tidak membolos. Sepertinya kau tidak tahu bahwa ini semua demi kamu sendiri. Sungguh aku tidak bermaksud mau menyengsarakanmu dengan aturan-aturanku. Aku ingin engkau bahagia, bisa hidup pantas di tengah-tengah dunia yang penuh dengan persaingan ini. Kamu harus pandai supaya tidak mati tertelan jamanmu nanti.

Anakku...
Betapa sedihnya aku, ketika aku kau tuduh orang tua kolot, orang tua yang tidak mengikuti jaman, atau orang tua kampungan. Aku ingin dipahami bahwa kalau kusuruh kau bergaul tidak sembarangan, berpakaian yang pantas dan mau menghargai orang lain, adalah sungguh-sungguh supaya kamu menjadi manusia yang bermoral, bukan begajulan yang menghancurkan hidupnya dengan mau hidup sebebas-bebasnya.

Kau lihat betapa banyak teman sebayamu yang sudah harus berhenti sekolah untuk mengasuh anak, betapa banyak teman seusiamu jatuh pada obat bius dan pornografi. Anakku, aku tahu engkaupun tidak ingin menjadi seperti itu.

Sungguh kalau aku keras dalam hal ini karena aku tahu betapa halusnya bujukan setan dan betapa beratnya hidup yang tidak tegas terhadap yang jahat. Aku ingin kau pun memahami itu. Hatiku akan hancur bila sikapmu selalu melawan aku, bila kau selalu menganggap dirimu benar sendiri.

Setiap malam aku berdoa untukmu, tak sekejap pun engkau hilang dari hidupku. Bila aku sedang memasak di dapur, yang kubayangkan adalah kepuasan makanmu dan juga kesehatan tubuhmu. Bila aku ikut membantu bekerja, yang kuinginkan engkau tidak terhambat karena biaya. Bila kubenahi kamarmu yang selalu berantakan yang kuinginkan agar kau krasan di rumah. Bila kubelikan kau baju-baju yang modis, aku ingin kau tidak malu pada teman-temanmu. Dan bila aku merawat kesehatan tubuhku sendiri, aku hanya ingin agar aku dapat lebih lama lagi mendampingi dan menyerahkan hidup kepadamu.

Sekarang ini kamu sudah dewasa, banyak hal sudah dapat kau lakukan sendiri. Lambat laun akan terasa bahwa hidupmu memang menjadi tanggung jawabmu sendiri; tidak ada seorangpun yang dapat menggantikannya termasuk ibumu ini. Mohon jangan kecewakan aku dengan sikap keras kepalamu yang kekanak-kanakkan itu. Aku tidak cemburu kalau kamu sekarang sudah melebihi aku dalam segalanya. Aku malah bangga karena Tuhan sudah berkenan membiarkan aku ikut menyaksikan pembentukkan hidupmu. Seperti sebatang lilin, hidupku sudah meleleh habis… dan sebentar lagi pasti akan padam… untuk menerangi hidupmu, anakku. Kini engkau sendiri sudah mulai menyala, lebih terang dari yang kupunya.

Anakku...
Kalau engkau memang sulit menerima aku yang sering rewel, kolot atau lamban ini, aku mohon paling tidak kamu mau menghormati ayahmu. Sepanjang hari setiap hari selama bertahun-tahun dia bekerja keras untukmu, hingga tubuhnya lemah, hingga kulitnya kerut merut tertimpa banyak penderitaan. Cintanya padamu membuatnya tidak malu untuk bekerja di tempat-tempat yang kotor, membuatnya tahan duduk berjam-jam menangani tugas-tugas yang membosankan, dan membuatnya setia menjagai kita semua.Dia juga hanya ingin agar kita ini berbahagia.

Anakku...
Jangan sia-siakan cintanya. Jarang sekali dia mengeluh kala menghadapi beratnya beban kehidupan, tugas-tugas berat dan tuntutan anak-anaknya. Di hadapan kita, dia selalu tersenyum dan tertawa gembira. Kadang-kadang aku merasa kasihan kepadanya kalau dia tidak bisa pulang seharian, kalau tubuhnya yang sudah kecapaian itu harus dipaksa untuk bekerja lagi. Saya sendiri sering merasa bersalah karena rasanya hanya memperlakukan ayah seperti kuda beban atau sapi perahan. Kita bisa beli ini itu, bisa pergi ke sana kemari atau bermain-main dengan santai di rumah, sementara itu dia hanya puas dengan secangkir kopi dan baju yang itu itu saja, dia juga tidak mempunyai banyak waktu untuk bersantai-santai seperti kita. Sungguh anakku, aku mohon hormatilah ayahmu.

Akhirnya...
Sebagai orang tuamu aku minta maaf kalau selama ini aku kadang-kadang egois, menuntut terlalu berlebihan, kolot dan keras terhadapmu. Maafkan aku bila aku kurang mengerti kebutuhan-kebutuhan dan dunia mudamu. Kadang aku masih menganggapmu seperti anak-anak yang harus kuatur segalanya agar tidak keliru. Maafkan aku anakku, yang membuat banyak kesalahan atau malah menyengsarakanmu, yang tidak dapat mencintai dengan cara yang cocok dengan keinginanmu. Kata maaf darimu adalah hadiah yang paling kutunggu.

Anakku...
Aku sudah kangen kamu. Ingin rasanya kubisikkan aku sayang kamu. Hanya peluk ciumku untukmu.

IBU-MU
=== Salam Sabar ===

Dikutip dari Ruang Hati (Karyanto Boris)

Sahabat, kalau seorang ibu yang jasanya tak terkira saja minta maaf pada kita yang sesungguhnya sering merepotkannya, membuatnya terus mengelus dada, membesarkan kita selama ini.. seberapa sering kita minta maaf atas keangkuhan kita padanya? seberapa sering kita membuatnya menitikkan air mata? seberapa sering kita bermunajat pada Allah dan memohonkan ampunan untuknya? seberapa sering namanya kita sebut dalam doa-doa kita?
Semoga bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua.. amiin..