Saturday, January 21, 2012

sharing is giving without losing anything

Teringat perkataan seseorang beberapa waktu yang lalu, saat saya membutuhkan seorang pendengar, saat masalah membuat saya penat dan tak tahu harus berbagi pada siapa, dia mau menjadi pendengar saya tanpa syarat. Awalnya ada keraguan untuk bercerita, karena saya termasuk orang yang tak begitu saja percaya pada orang lain, tapi untuk yang satu ini, keraguan itu tampaknya tak begitu terlihat, dan tak butuh waktu lama untuk kemudian memutuskan menceritakan masalah saya padanya.

Sedikit saja, itu di awal. Sebenarnya yang ingin saya bahas kali ini adalah tentang sharing atau yang biasa kita sebut dengan curhat (curahan hati). Kita beranjak ke pengertian curhat itu sendiri, curhat adalah pengungkapan mengenai hal – hal yang biasanya bersifat personal kepada orang lain. Tapi, curhat berbeda dengan pengaduan. Pengaduan lebih sering dipakai untuk hal - hal yang bersifat sosial. Curhat juga berbeda dengan konseling. Konseling lebih bersifat personal – formal, jadi kalau konseling, kita mengungkapkan hal – hal personal kita tetapi ada profesional, bahkan, terkadang konseling juga kadang harus bayar . Jelas berbeda, karena curhat itu lebih sering gratis (bayarnya pulsa telepon atau sms saja kalau menggunakan telepon atau hp). Hal yang paling mendasar dari konseling adalah bimbingannya. 

Seiring dengan kemajuan teknologi, praktek curhat juga semakin maju caranya. Bayangkan saja, saat ini ada stasiun radio yang khusus menangani orang yang ingin curhat, ada provider telepon seluler yang membuka nomor khusus untuk curhat, ada mailing list khusus yang memang didesain untuk keperluan curhat. Bahkan, tak sedikit website yang berubah fungsinya menjadi semacam tempat untuk curhat - curhatan antar membernya.

Kenapa banyak orang yang menempuh cara curhat ? Adakah manfaat yang bisa dipetik dari cara demikian ? Memang ada pendapat yang berbeda - beda soal hal ini. Dari sebagian orang yang saya tanya, ada yang menganggap curhat itu kurang kerjaan. Masalah itu tidak selesai dengan curhat. Curhat itu adalah lambang kecengengan. Tapi, tidak sedikit yang menganggap curhat sebagai salah satu kebutuhan. Curhat bisa menormalkan emosi kita, bisa menyumbangkan pikiran, dan bisa melegakan batin. Meski masalah tidak selesai dengan curhat, tetapi biasanya sehabis curhat kita merasa plong atau lebih ringan.

Kalau dilihat dari teorinya, memang ada banyak penjelasan yang bisa dipahami bahwa curhat itu termasuk kebutuhan sosial manusia. Di antara kebutuhan sosial itu misalnya : ingin ditemani, ingin ada orang yang merasa senasib, ingin dipedulikan, ingin dihargai, ingin dianggap, ingin didengarkan, dan seterusnya. Kata sebuah bait puisi yang pernah saya baca, sumbangsih yang paling berharga untuk sesama kita adalah kesediaan untuk saling mendengarkan. 

Menurut Horney ( 1945 ), setiap orang itu pada dasarnya memiliki tiga kebutuhan dasar. Kebutuhan pertama adalah kebutuhan untuk mendekati orang lain / orang banyak, gunanya agar mendapatkan cinta / pengakuan. Curhat bisa masuk dalam kebutuhan ini. Kebutuhan kedua adalah kebutuhan untuk menjauhi orang banyak, gunanya agar memperoleh kebebasan dan kemandirian. Sedangkan, kebutuhan ketiga adalah kebutuhan untuk menentang orang banyak, guna mendapatkan kekuasaan atau kekuatan.

Terlepas dari pernyataan berguna atau tidak, tapi prakteknya ini kerap kita lakukan atau sulit dihindari untuk tidak melakukannya. Karena itu, mungkin di sini yang diperlukan adalah melihat kapan dan bagaimana curhat itu kita lakukan. Curhat-lah hanya pada orang yang menurut kamu itu layak. Layak di sini pengertiannya mungkin layak dalam menjaga rahasia pribadi, layak dalam menangani masalah, layak secara kedekatan hubungan, dan seterusnya. Jangan pula curhat kepada semua orang atau sembarang orang. Lain lagi kalau niat kita memang hanya untuk iseng. Selain itu, curhatlah hanya ketika kita mendapati masalah - masalah yang memang perlu curhat. Misalnya saja, kita menghadapi masalah yang masih belum terbayang bagaimana menanganinya. Saat itu kita butuh pembanding, butuh konfirmasi ( penguat ) dari orang lain, butuh informasi, dan sebagainya. Jangan curhat untuk semua masalah. Ini berpotensi menghilangkan power personal atau bisa dianggap kita ini cengeng atau selalu mengeluh. Bedanya terkadang sangat tipis dan tidak ketahuan. 

Curhat juga harus pada waktu yang tepat atau yang kira-kira tidak mengganggu orang yang kita curhati. Jangan sedikit - sedikit curhat atau curhat terlalu lama. Perlu kita ingat bahwa ketika kita sedang sangat butuh untuk curhat, umumnya kondisi emosi kita tidak stabil. Mungkin stress, depresi, atau mungkin sedang merasa terhimpit. Dalam kondisi semacam itu, biasanya kita cenderung "agak memaksa" orang lain. Kita ingin secepatnya dipahami oleh orang lain lebih dulu. Padahal kita juga perlu memahami orang lain. Karena itu, yang dibutuhkan di sini adalah pengendalian diri. Jangan sampai kita mengesampingkan kebutuhan untuk memahami orang lain meski keinginan kita adalah untuk dipahami secepatnya.

Curhat – lah untuk berbagi pengalaman, pengetahuan dan perasaan. Meski kita yang punya acara untuk curhat itu, tapi jangan lupa juga untuk memberikan kesempatan bicara kepada orang yang kita curhati. Ajukan pertanyaan seputar pengalaman dan pengetahuannya tentang persoalan tertentu. Jangan sampai kita curhat hanya untuk curhat. Walaupun ini sah juga tapi alangkah baiknya kalau kita juga mendapatkan manfaat yang banyak. Selain itu, dapatkan juga dukungan. Agar ini tercapai, kita harus tahu orang yang tepat untuk dicurhati.

Curhatlah untuk tujuan yang positif dan konstruktif. Ini demi kebaikan kita atau demi untuk memperbaiki situasi. Kenapa perlu dibatasi ? Terkadang kita curhat dengan menjelek - jelekkan orang lain yang intinya malah memperkeruh suasana. Masalah kita dengan orang lain dan apa saja yang dilakukan orang lain atas kita memang butuh penjelasan. Tapi, penjelasan disitu sifatnya untuk membeberkan fakta atau memberikan perspektif yang lebih utuh. Ini agar diketahui apa saja yang sebaiknya kita lakukan. Yang jangan sampai adalah penjelasan itu kita bumbui dengan fitnah, adu domba, kedengkian, manipulasi fakta, dan seterusnya. Ini berbahaya buat kita sendiri dan orang lain tentunya.


Sekilas mengenai curhat telah selesai saya jelaskan tampaknya. Dari sinilah semoga kita semakin memahami apa artinya “sharing is giving without losing anything”, karena curhat memang diperlukan. Curhat juga tidak akan membuat kita kehilangan apapun dalam diri kita, selama kita bisa menempatkan curhat itu tepat waktunya, penyampaiannya, dan orang yang kita curhati.

No comments:

Post a Comment