Saturday, December 17, 2011

Hikmah dari Sekantong Paku

Konon Ahmad adalah anak yang sulit diatur. Sifatnya yang sangat mudah marah dan keras kepala, menjadikannya sering bertengkar dan berkata kasar kepada orang lain.
Suatu hari, ayahnya memanggilnya lalu memberikan sekantong paku kepadanya, “Nih, tiap kali kau bertengkar atau berkata kasar kepada siapapun, tancapkan sebatang paku di pagar itu,” kata ayahnya.
Di hari pertama, Ahmad menancapkan sebanyak 32 batang paku di pagar. Dan setelah seminggu berlalu, ia demikian terkejut mellihat banyaknya paku-paku yanng tertancap di pagar. Ia pun memutuskan untuk lebih mengendalikan dirinya dan mengurangi jumlah paku yang harus dia tancapkan tiap hari.
Ternyata benar, ia berhasil mengurangi jumlah paku yang harus ditancapkannya tiap hari dan saat itulah ia mulai sadar bagaimana cara mengendalikan diri. Baginya, hal tersebut lebih mudah daripada harus menancapkan paku di pagar setiap hari.
Demikian Ahmad melalui hari-hari berikutnya, hingga tibalah suatu hari dimana ia tidak lagi menancapkan sebatang paku pun di pagar! Ketika itulah Ahmad melapor kepada ayahnya, dan mengatakan bahwa ia tidak perlu lagi menancapkan sebatang paku pun.
Sang ayah pun berkata kepadanya, “Hmmm... baiklah, sekarang cabutlah sebatang paku setiap harinya, jika kamu berhasil melewati hari itu tanpa berkata kasar, mengeluh, atau bertengkar dengan siapapun.”
Hari demi hari berlalu cukup lama hingga akhirnya Ahmad berhasil mencabut seluruh paku di tersebut. Ia pun melapor kepada ayahnya bahwa seluruh paku di pagar telah dicabutnya kembali. Maka ayahnya mengajaknya ke pagar sembari berkata, “Hmmm... bagus bagus, kerjaanmu cukup baik. Tapi coba perhatikan lubang-lubang bekas paku yang kau tancapkan di pagar, ia takkan kembali seperti sediakala! Wahai anakku, ketika kamu bertengkar dan marah dengan seseorang, kamu akan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. Kamu meninggalkan mereka dengan luka yang dalam seperti lubang-lubang yang kau lihat ini. Benar, kau bisa saja menikam seseorang lalu mencabut pisau tadi dari perutnya, akan tetapi, kau pasti akan meninggalkan bekas lukanya tetap ada, dan ingatlah bahwa luka akibat lisanmu adalah lebih menyakitkan daripada tikaman.”
sumber : Buku "Lisanmu adalah Surgamu" oleh Sufyan bin Fuad Baswedan

kita seringkali lupa bahwa berbicara itu merupakan mukjizat dan hadiah yang ajaib untuk kita.. saudaraku, ingatlah, lisanmu bisa menjadi alasan Allah mengangkatmu ke jannah-Nya, tapi lisan pun dapat menjadi alasan Allah menjatuhkanmu ke jahanam-Nya.. semoga lisan kita membawa kita pada jannah-Nya.. :)

No comments:

Post a Comment